Tuesday, January 17, 2012

Arti Penting dan Tujuan Bimbingan Konseling


Arti Penting dan Tujuan Bimbingan Konseling
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial, sebagai individu dan anggota masyarakat selain mengembangkan kemampuan inteleknya. 
Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah itu. Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara khusus terhadap semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya secara penuh.

B. Rumusan masalah
1. Apa saja tujuan dan fungsi bimbingan dan konseling?
2. Bagaimana arti bimbingan dan konseling bagi siswa?
3. Bagaimana arti bimbingan dan konseling bagi guru?
4. Bagimana arti bimbingan dan konseling bagi sekolah?
5. Bagaimana upaya penyelesaian kenakalan remaja di sekolah melalui bimbingan dan konseling?

C. Tujuan
1. Mengetahui tujuan dan fungsi bimbingan dan konseling
2. Mengetahui arti penting bimbingan da sekolah bagi siswa
3. Mengetahui arti penting bimbingan dan konseling bagi guru
4. Mengetahui arti penting bimbingan dan konseling bagi sekolah
5. Mengetahui upaya penyelesaian kenakalan remaja di sekolah melalui bimbingan dan konseling

BAB 2
PEMBAHASAN

A. Tujuan dan fungsi bimbingan dan konseling
1. Tujuan Bimbingan Konseling
Secara umum, bimbingan dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan pertolongan kepada individu dalam usaha untuk mencapai kebahagiaan hidup pribadi, kehidupan yang efektif dan produktif dalam masyarakat, dapat hidup bersama dengan individu–individu lain, dan keharmonisan antara cita – cita individu dengan kemampuan yang dimilikinya (Tidjan, dkk, 2000: 9). Pemberian layanan bimbingan konseling bertujuan supaya individu dapat:
1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang
2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin
3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya
4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
Untuk mencapai tujuan–tujuan tersebut, maka setiap individu harus mendapatkan kesempatan untuk:
1. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan dan tugas–tugas perkembangannya
2. Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada dilingkungannya
3. Menenal dan menentukan  tujuan dan rencana hidpnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut
4. Memahami dan mengatasi kesulitan – kesulitannya sendiri
5. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat
6. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya
7. Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya serta tepat dan teratur secara optimal

Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat mencapai tujuan–tujuan perkembangannya yang meliputi aspek pribadi–sosial, belajar (akademik), dan karir.
1. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi – sosial, yaitu sebagai berikut:
a. Memilki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai – nilai keimanan dan ketakwaan kepda Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, sekolah, tempat kerja, maupun mayarakat pada umumnya.
b. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing – masing. 
c. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yan bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
d. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun psikis.
e. Memiliki sikap positif atau respek terhadap didir sendiri dan orang lain.
f. Memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat.
g. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.
h. Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan  dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.
i. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahmi dengan sesama manusia.
j. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konfik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.
k. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
2. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) yaitu sebagai berikut:
a. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
b. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
c. Memiliki ketrampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti ketrampilan membaca buku, menggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
d. Memiliki ketrampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas – tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka menngembangkan wawasan yang lebih luas.
e. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
3. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir yaitu sebagai berikut:
a. Memiliki pemahaman diri (kemampuan dan minat) yang terkait dengan pekerjaan.
b. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
c. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri – ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
d. Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran – peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
e. Dapat membentuk pola – pola karir, yaitu kecenderungan karir. Apabila seorang siswa bercita – cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan –kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.
f. Mengenal ketrampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu setiap orang perlu memahami kemampuan dn minatnya, dalam bidang pekerjaan apa di mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut (Syamsu Yusuf, 2005: 13-16).

Layanan bimbingan di sekolah lebih utama diberikan kepada para siswa, karena para siswalah yang menjadi pusat perhatian dalam proses pendidikan di sekolah. Siswa dalam mengikuti program pendidikan cenderung memiliki kesulitan, yang antara lain adalah dalam hal memahami dirinya (kesulitan dan kemampuan yang dimilikinya, mengatasi kesulitan dan mengembanngkan potensi yang telah dimilikinya secara optimal, pemahaman situasi dan kondisi secara tepat pada lingkungan di sekolah, masyaraakat dan keluarga, dsb)
Dalam program pendidikan di sekolah, layanan bimbingan ditujukan kepada para siswa, dengan harapan bahwa para siswa disekolah dapat:
1. Memperkembangkan pengertian dan pemahaman diri dalam kemajuannya disekolah
2. Memperkembangkan pengetahuan tentang dunia kerja, kesempatan kerja, serta rasa tanggung jawab dalam memilih suatu kesempatan kerja tertentu. 
3. Memperkembangkan kemampuan untuk memilih, mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dengan informasi tentang kesempatan yang ada secara bertanggung jawab.
4. Mewujudkan penghargaan terhadap kepentingan dan harga diri orang lain (kurikulum bimbingan dan konseling, 1975)

Layanan bimbingan di sekolah dalam program pendidikan dapat juga dirumuskan tujuannya, yaitu sebagi berikut:
1. Membantu siswa agar dapat membuat pilihan pendidikan dan jabatan secara bijaksana.
2. Membantu siswa agar dapat melalui tahap – tahap transisi sekolah dan transisi dari sekolah ke dunia kerja secara baik.
3. Membantu siswa agar memperoleh penyesuaian kepribadian yang lebih baik.
4. Membantu siswa agar memperoleh penyesuaian diri dengan baik dalam menghadapi perubahan – perubahan yang terjadi dalam masyarakat.

Apabila tujuan layanan bimbingan di sekolah itu dilihat dari segi siswa yang menerima bimbingan, maka daapatlah dirumuskan tujuannya adalah agar para siswa, dengan kemampuan yang dimilikinya, dapat:
1. Mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri
2. Menngatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya, yaitu lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat (pekerjaan sosial ekonomi, kebudayaan)
3. Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya
4. Mengatasi kesulitan dalam menyalurkan kemampuannya, minat, bakat, dalam bidang pendidikan dan pekerjaan.
5. Memperoleh bentuan secara tepat dari pihak – pihak di luar sekolah untuk mengatasi kesulitan – kesulitan yang tidak dapat dipecahkan di sekolah.

Layanan bimbingan yang ditujukan atau diperuntukan bagi para siswa di sekolah itu adalah yang paling penting, namun sebenarnya tidak terbatas hanya kepada para siswa sja tetapi dapat juga bagi sekolah secara keseluruhan dan masyarakat pada umumnya. (Tidjan, dkk, 2000: 10-11)
2. Fungsi  Bimbingan Konseling
Secara umum layanan bimbingan dan konseling mempunyai fungsi sebagai fasilitator baik bagi individu maupun lembaga, dalam arti bahwa bimbingan dan konseling berfungsi untuk mempermudah bagi individu dalam mencapai kehidupan yang bahagia dan sejahtera baik di dunia maupun di akhirat dan bimbingan konseling untuk mempermudah bagi lembaga dalam upaya pencapaian tujuan yang ingin dicapai dari lembaga tersebut didirikan (Tidjan, dkk, 2000: 13)
Bimbingan konseling memiliki fungsi khusus yaitu antara lain:
1. Pemahaman 
Membantu peserta didik agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensi) dan lingkungannya (sekolah, pekerjaan dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, individu diharapkan mempu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara secara dinamis dan konstruktif.
2. Preventif
Upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah layanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para siswa dalam mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya yaitu bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat – obat terlarang, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).
3. Pengembangan 
Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. Konselor dan personel sekolah lainnya bekerjasama merumuskan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu siswa mencapai tugas – tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan di sini adalah layanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.
4. Perbaikan (Penyembuhan)
Yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat denan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remidial teaching.
5. Penyaluran 
Fungsi bimbingan dalam membantu individu memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri – ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerjasama denngan pendidik lainnya di dalam meupun di luar lembaga pendidikan.
6. Adaptasi
Membantu para pelaksana pendidikan khususnya konselor, guru atau dosen untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan dan kebutuhan individu (siswa). Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai individu. Pembimbing/konselor dapat membantu para guru/dosen dalam memperlakkukan individu secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi perkuliahan, memilih metode dan proses perkuliahan, maupun mengadaptasikan bahan perkuliahan sesuai dengan kemampuan dan kecepatan individu.
7. Penyesuaian 
Fungsi bimbingan alam membantu individu (siswa) agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap progra pendidikan, peraturan sekolah, atau norma agama.

B. Arti penting bimbingan dan konseling bagi siswa
Bimbingan dan konseling dapat berperan dalam peningkatan mutu pendidikan melalui tiga hal yang menjadi indikator dari kesuksesan pendidikan itu sendiri, yakni administrasi sekolah, pengajaran dan pembelajaran yang dilakukan dan tentu saja hasil yang diperoleh  oleh siswa. Secara nyata bimbingan dan konseling mempunyai kaitan erat dengan tiga hal ini.
Pertama, kaitan antara bimbingan dan konseling dengan administrasi sekolah, dimana yang dimaksud dengan administrasi sekolah bukanlah aspek tata usaha, melainkan lebih pada aspek manajerial dan kepemimpinan sekolah.
Kedua, kaitan antara bimbingan konseling dengan aspek pengajaran dan pembelajaran di sekolah. Aspek ini identik dengan kurikulum yang ada, di mana tujuannya adalah menyediakan pengalaman belajar bagi siswa, sedangkan bimbingan dan konseling membantu siswa untuk meresapi pengalaman belajar tersebut. Dengan kata lain, bidang pengajaran menyajikan pengalaman belajar, sedangkan bimbingan dan konseling mengajak siswa untuk merefleksikan pengalaman belajar itu dalam konteks personal dan sosialnya. (Winkel, 2005).
Ketiga, keterkaitan antara bimbingan dan konseling dengan siswa, dimana bimbingan konseling punya peran besar dalam meningkatkan kualitas siswa. Hal ini sejalan dengan tujuan dari bimbingan dan konseling di sekolah yakni untuk membantu individu (siswa) mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial dan ekonomi) serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.
Dalam proses pembelajaran siswa setiap guru mempunyai keinginan agar semua siswanya dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut seringkali kandas dan tidak bisa terwujud, karena banyak siswa tidak seperti yang diharapkan. Maka sering mengalami berbagai macam kesulitan dalam belajar. Sebagai petanda bahwa siswa mengalami kesulitan dalam belajar dapat diketahui dari berbagai jenis gejalanya seperti dikemukakan Abu Ahmadi (1977) sebagai berikut :
1. Hasil belajarnya rendah, dibawah rata-rata kelas
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya.
3. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, suka menentang, dusta, tidak mau menyelesaikan tugas-tugas dan sebagainya.
4. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti suka membolos, suka mengganggu dan sebagainya.
Dalam kondisi sebagaimana dikemukakan diatas, maka bimbingan dan konseling dapat memberikan layanan dalam (1) bimbingan belajar, (2) bimbingan sosial, (3) bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi.
1. Bimbingan belajar 
Bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang  berhubungan dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah. Bimbingan ini antara lain meliputi:
1. Cara belajar, baik secara  kelompok ataupun individual
2. Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar
3. Efisiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran
4. Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu
5. Cara, proses dan prosedur tentang mengikuti pelajaran
Di samping itu Winkel (1978) mengatakan bahwa layanan bimbingan dan konselingmempunyai peranan penting untuk membantu siswa, antara lain dalam hal:
1. Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka lagi mereka, baik sekarang maupun yang akan datang
2. Mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajarnya. Misalnya masalah hubungan muda-mudi, masalah ekonomi, masalah hubungan dengan orang tua/keluarga dan sebagainya.

2. Bimbingan sosial 
Dalam proses belajar dikelas siswa juga harus mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan kelompok. Bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan masalah sosial, sehingga terciptalah suasana belajar mengajar yang kondusif. Menurut Abu Ahmadi (1977) bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk :
1. Memperoleh kelompok belajar dan bermain yang sesuai
2. Membantu memperoleh persahabatan yang sesuai
3. Membantu mendapatkan kelompok sosial untuk memecahkan masalah tertentu

3. Bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi 
Bimbingan dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadinya, yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya. Siswa yang mempunyai masalah dan belum dapat diatasi/ dipecahkannya, akan cenderung mengganggu konsentrasinya dalam belajar, akibatnya prestasi belajar yang dicapai rendah. Dalam kurikulum SMA tahun 1975 buku III C tentang pedoman bimbingan dan penyuluhan. Menurut Ibu St. Raf’ah ada beberapa masalah pribadi yang memerlukan bantuan konseling yaitu masalah akibat konflik antara lain :
1. Perkembangan intelektual dengan emosionalnya
2. Bakat dengan aspirasi lingkungannya
3. Kehendak siswa dengan orang tua atau lingkungannya
4. Kepentingan siswa dengan orang tua atau lingkungannya
5. Situasi sekolah  dengan situasi lingkungan
6. Bakat pendidikan yang kurang bermutu dengan kelemahan/keengganan mengambil pilihan.
Masalah-masalah pribadi ini juga sering ditimbulkan oleh hubungan muda-mudi. Selanjutnya juga dikemukakan oleh Downing (1968) bahwa layanan bimbingan di sekolah sangat bermanfaat, terutama membantu :
1. Menciptakan suasana hubungan sosial yang menyenangkan
2. Menstimulasi siswa agar mereka  meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan belajar mengajar
3. Siswa agar dapat menciptakan atau mewujudkan pengalaman belajarnya itu penuh arti
4. Meningkatkan motivasi belajar siswa
5. Menciptakan dan menstimulasi  tumbuhnya minat belajar.

C. Arti penting bimbingan dan konseling bagi guru
Layanan bimbingan di sekolah adalah hal yang diperlukan untuk dilaksanakan karena sebenarnya para guru di sekolah membutuhkannya untuk dapat memahami siswa, mendapatkan dan mempergunakan metode mengajar yang tepat, menanamkan disiplin pada para siswa, mendapatkan dan melaksanakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku siswa, menyusun dan menafsirkan tes hasil belajar, dan sebagainya. Dengan demikian dengan layanan bimbingan bagi guru tersebut diharapkan guru dapat:
1. Memahami program bimbingan dan Penyuluhan di sekolah serta hubungannya dengan pendidikan di sekolah.
2. Bekerjasama dengan staf Bimbingan dan Penyuluhan dalam rangka membantu menyelesaikan persoalan siswa, khususnya yang bersangkutan dengan masalah pendidikan dan pekerjaan.
3. Memiliki pemahaman dan ketrampilan tentang cara-cara pengumpulan data tentang diri siswa.
4. Menyesuaikan keunikan individual dengan tuntutan umum sekolah dan masyarakat.
5. Memiliki pemahaman dan keterampilan tentang cara-cara dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan situasi proses belajar mengajar.
6. Mengatasi kesulitan-kesulitannya di dalam menghadapi siswa di sekolah pada khususnya.
7. Memahami batas-batas kewenangan dalam membantu memecahkan atau menyelesaikan permasalahan yang dihadapi siswa.
8. Memahami diri siswa secara baik, yang menyangkut kebutuhan, kesulitan, maupun perbedaan individu siswa, dalam rangka kelancaran proses belajar mengajar. 

Guru (termasuk wali kelas) adalah tokoh kunci dalam kegiatan bimbingan-bimbingan sebenarnya di dalam kelas. Guru selalu berada dalam hubungan yang erat dengan siswa. Ia mempunyai banyak kesempatan untuk mempelajari siswa, mengawasi tingkah laku dan kegiatannya, dan apabila guru teliti serta menaruh perhatian, ia akan dapat mengetahui sifat-sifat siswa, kebutuhan, minat, masalah-masalah, dan titik-titik kelemahan serta kekuatannya. 
Guru berwewenang sepenuhnya dan mampu untuk mempelajari dan memahami siswa-siswanya, bukan saja sebagai individu tetapi juga sebagai anggota kelompok atau kelasnya. Sejak siswa masuk ke sekolah pada pagi hari sampai sekolah usai, guru akan memanfaatkan setiap kesempatan untuk membantu dalam pengumpulan data yang diperlukan agar dapat memahami siswa-siswa dengan baik dan dalam mencatat data tersebut serta bahan-bahan informasi lainnya ke dalam catatan kumulatif atau catatan-catatan sekolah lainnya. Sebagian dari data itu didapat dari siswa sendiri atau dari orangtuanya dengan mengisi formulir-formulir isian atau melalui informasi lisan. Data lainnya dihasilkan dari pelaksanaan test atau melalui observasi terhadap kegiatan-kegiatan siswa, kebiasaan dan tingkah lakunya baik di luar maupun di dalam kelas. Oleh karena itu, guru merupakan anggota utama di antara petugas-petugas bimbingan lainnya. Guru berada dalam suatu posisi yang lebih baik untuk mengetahui masalah-masalah, sikap dan kebutuhan siswa sehingga guru lebih mudah dala memberikan bantuan sesuai yang diperlukan siswa. 
Pada umumnya, guru biasa membatasi dirinya pada kasus-kasus yang tidak begitu berat di dalam kelasnya. Guru penyuluh (konselor) yang diharapkan memiliki pengetahuan dan pengertian yang lebih lengkap mengenai kepribadian siswa serta teknik-teknik diagnostik dan memiliki waktu yang lebih banyak untuk mengadakan wawancara, berkewajiban menghadapi kasus-kasus yang lebih berat. Guru penyuluh bertanggungjawab dalam melaksanakan bimbingan pendidikan (Educational Guidance) dan bimbingan dalam masalah-masalah pribadi (Personal Guidance). Guru penyuluh dipercaya untuk melaksanakan bagian kegiatan program bimbingan yang terbesar dan terberat. Mereka yang memberikan wawancara dan penyuluhan kepada siswa-siswa dan mencatat segala hasilnya.
Pada dasarnya, keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, tidak lepas dari peranan berbagai pihak di sekolah. Selain Guru Pembimbing atau Konselor sebagai pelaksana utama, penyelenggaraan Bimbingan dan konseling di sekolah, juga perlu melibatkan kepala sekolah, guru mata pelajaran dan wali kelas.
1. Peran Guru Mata Pelajaran
Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti dia sama sekali lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya. Salah satu peran yang dijalankan oleh guru yaitu sebagai pembimbing dan untuk menjadi pembimbing baik guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Sementara itu, berkenaan peran guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling, Prayitno (2004) mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran dalam melakukan pendekatan kepada siswa harus manusiawi-religius, bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli, memahami dan menghargai tanpa syarat. memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah :
a. Membantu memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa.
b. Melakukan kerja sama dengan guru pembimbing dalam mengidentifikasi siswa yang memerlukan bimbingan dan konseling.
c. Merujuk siswa yang memerlukan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing.
d. Mengadakan upaya tindak lanjut layanan bimbingan dan konseling (program perbaikan dan program pengayaan, atau remedial teaching).
e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan bimbingan dan konseling dari guru pembimbing.
f. Membantu mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian layanan bimbingan dan konseling
g. Menerapkan nilai-nilai bimbingan dalam proses belajar mengajar atau berinteraksi dengan siswa, seperti bersikap respek kepada semua siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, atau berpendapat, memberikan reward kepada siswa yang menampilkan perilaku/prestasi yang baik, menampilkan pribadi sebagai figur moral yang berfungsi sebagai ”uswah hasanah”.

2. Peran Konselor/Guru Pembimbing
a. Memasyarakatkan kegiatan bimbingan dan konseling (terutama kepada siswa).
b. Merencanakan program bimbingan dan konseling bersama koordinator BK.
c. Merumuskan persiapan kegiatan bimbingan dan konseling.
d. Melaksanakan layanan bimbingan dan konseling terhadap siswa yang menjadi tanggung jawabnya (melaksanakan layanan dasar, responsif, perencanaan individual, dan dukungan sistem).
e. Mengevaluasi proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan dan konseling.
f. Menganalisis hasil evaluasi.
g. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis penilaian.
h. Mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling.
i. Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan kepada koordinator guru pembimbing atau kepada kepala sekolah.
j. Menampilkan pribadi sebagai figur moral yang berakhlak mulia (seperti taat beribadah, jujur, bertanggung jawab, sabar, disiplin, respek terhadap pimpinan, kolega, dan siswa).
k. Berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan sekolah yang menunjang peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
l. Bertanggung jawab memberikan layanan bimbingan pada siswa. 

3. Peran Wali Kelas
a. Membantu guru pembimbing melaksanakan layanan bimbingan dan konseling yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti layanan bimbingan dan konseling.
c. Memberikan informasi tentang keadaan siswa kepada guru pembimbing untuk memperoleh layanan bimbingan dan konseling.
d. Menginformasikan kepada guru mata pelajaran tentang siswa yang perlu diperhatikan secara khusus dalam belajarnya.
e. Ikut serta dalam konferensi kasus.

D. Arti penting bimbingan dan konseling bagi sekolah

E. Upaya penyelesaian kenakalan remaja di sekolah melalui bimbingan dan konseling
Di era globalisasi ini perkembangan teknologi semakin pesat. Begitu juga dengan perkembangan  kehidupan pada suatu lingkungan juga semakin berkembang dari zaman ke zaman mengikuti perkembangan teknologi. Sehingga membuat manusia juga ikut berkembang mengikuti perkembangan zaman agar tidak tertindas oleh kehidupan yang semakin berkembang mengikuti zaman. Dalam proses perkembangan kehidupan biasanya manusia tidak memperdulikan apa yang akan terjadi di kemudian hari, yang dipikirkan adalah bagaimana bisa hidup dan tidak tertindas oleh perkembangan zaman. Namun hal  ini akan berakibat buruk untuk generasi berikutnya. Sebab tidak memberikan contoh dan proses yang baik untuk generasi berikutnya. Salah satunya adalah kenakalan remaja. 
Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial sehingga terjadi tindak kriminal atau merupakan suatu tindakan patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya mereka melakukan perilaku yang menyimpang. Kenakalan remaja ini meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja yang akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Usia dimana dapat dikatakan remaja adalah usia antara 13-18 tahun. Pada usia ini, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun belum cukup matang untuk dkatakan dewasa. Masa usia ini disebut masa transisi,
Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungan, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, dan sebagainya. Jenis-jenis kenakalan remaja diantaranya:
1. Tawuran antar pelajar
2. Penyalahgunaan narkoba
3. Seks bebas
Dari ketiga jenis kenakalan remaja tersebut sudah jelas bahwa hal itu akan merugikan diri sendiri dan juga orang lain. Sealin itu juga melanggar norma agama dan norma hukum. Kenakalan remaja ini dapat terjadi karena beberapa faktor. Yaitu faktor dari diri sendiri (internal) dan juga faktor dari luar (eksternal). 
a. Faktor internal
1. Krisis identitas. Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
2. Kontrol diri yang lemah. Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
b. Faktor eksternal
1. Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
2. Teman sebaya yang kurang baik
3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.

Kenakalan remaja terjadi terutama karena adanya faktor dari dalam diri remaja tersebut. Dimana seorang remaja itu merupakan masa transisisi, masa yang belum bisa mengontrol emosi dan masih labil, serta penuh dengan rasa penasaran.tawuran antar pelajaran terjadi karena adanya emosi yang memuncak dan tidak kontrol, sehingga seseorang mudah sekali terpancing emosi, dan mudah sekali terpengaruhi omongan orang lain. Dengan begitu terjadi emosi yang memuncak dan menimbulkan tawuran antar pelajar. Penyalahgunaan narkoba dan seks bebas juga akibat dari rasa penasaran yang tinggi. Semakin pesatnya teknologi, banyaknya media pemberitaan, maka seorang remaja akan mendapat informasi-informasi yang membahas hal itu. maka muncullah rasa penasaran pada diri seseorang. Tanpa adanya kontrol emosi, maka akan terdoronglah seseorang itu untuk merasakan. Itulah yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja.
Keluarga, terutama orang tua sangan berperan penting dalam perkembangan remaja.orang tua harus selalu perhatian dan terus mengontrol anaknya dalam belajar, bermain, agar tidak masuk ke dalam lingkungasn yang salah dan mengajak atau membimbing seorang anak untuk hidup dan bergaul di lingkungan yang baik, agar anak mendapat pengaruh yang baik dari lingkungan. Orang tua juga harus selalu memberi perhatian kepada anaknya supaya seorang anak tidak mencari perhatian di luar dan melampiaskan emosi di luar sehingga tindakan tersebut menyalahi aturan. Selain orang tua, guru juga sangat berperan penting dalam perkembangan remaja. Guru sebagai pengganti orang tua saat disekolah harus memberikan contoh yang baik terhadap anak didiknya. Harus menyampaikan materi yang baik dan memeilah-milah materi yang berdampak baik jika disampaikan dan berdampak buruk jika disampaikan. Seorang guru harus selalu memperhatikan tingkah laku anak didiknya diseklolah dan dapat mengajarkan anak didiknya untuk mengontrol emosi dan menjadikan anak didik yang baik. Sehingga lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang mempunyai pengaruh baik untuk perkembangan remaja. Sebab bukan hanya lingkungan rumah saja, namun lingkungan sekolah merupakan faktor terpenting untuk perkembangan remaja. Dengan adanya lingkungan sekolah yang terdiri dari guru, karyawan, dan siswa yang berperilaku baik dan berakhlak mulia maka akan terciptalah anak didik yang baik dan berakhlak mulia. 
Hal-hal yang bisa dilakukan/ cara mengatasi kenakalan remaja
1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
Peran BK dalam mengatasi kenakalan remaja
Sekolah merupakan tempat pendidikan kedua setelah rumah tangga. Karena itu ia cukup berperan dalam membina anak untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Khusus mengenai tugas kurikuler, maka sekolah berusaha memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didiknya sebagai bekal untuk kelak jika anak telah dewasa dan terjun ke masyarakat. Akan tetapi tugas kurikuler saja tidaklah cukup untuk membina anak menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Karena itu sekolah bertanggung jawab pula dalam kepribadian anak didik. 
Peran guru BK dalam mengatasi kenakalan remaja
Peran guru sebagai pembimbing merupakan dambaan dari setiap siswa. Kenakalan remaja bersumber pada hilangnya makna keberadaan diri siswa ditengah galau pembangunan di segala bidang. Rasa keterasingan, frustasi, konflik dan stress berkecamuk pada diri mereka, dan penyalurannya adalah kenakalan. Jika guru pembimbing/BK mampu melaksanakan harapan siswa yakni mengutamakan membimbing daripada mengajar, besar kemungkinan kenakalan dapat dikurangi. Sebagai pembimbing, guru harus memnuhi syarat kepribadian, dan sedikit ilmu tentag pribadi siswa, serta kemampuan berkomunikasi atau keterampilan konseling.
Mengenai kemampuan guru dibidang bimbingan dan konseling (BK) masih memprihatinkan. Kebanyakan mereka beranggapan bahwa BK itu adalah urusan guru yang dikhususkan dibidang tersebut, yaitu guru BK. Berhubung guru BK amat terbatas jumlahnya,maka jalan keluar adalah semua guru harus berperan sebagai pembimbing.
Guru BK juga harus menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pembimbing yang profesional dalam menghadapai berbagai kemelut yang terjadi pada setiap pribadi siswa, tanggap dalam mencari solusi terhadap permasalahan siswa tersebut serta membuat suatu program kerja secara kontinyu dalam pembinaan siswa agar kondisi anak terpantau. Bukan hanya sekedar menjalankan tugas saja namun keberadaannya sama sekali tidak dirasakan oleh para pelajar tersebut.
Dengan mengintensifikasikan bagian Bimbingan Konseling di sekolah dengan cara mengadakan Tenaga ahli atau menatar guru-guru untuk mengelola bagian ini. Hal ini dimaksudkan agar jangan lagi terjadi adanya guru pembimbing ( guru BK ) di sekolah dianggap oleh murid-murid sebagao polisi sekolah yang kerjanya hanya mengawasi dan membuntuti segala kelakuan murid-murid, bahkan guru BK sering mengancam dan memahami murid. Anggapan ini timbul karena kesalahan guru BK sendiri. Kebanyakan guru BK bukan dari sarjana atau sarjana muda yang dididik  di jurusan BK, melainkan sembarang guru yang mau duduk di bidang itu. Hal ini terjadi karena bidang BK dianggap sama seperti pekerjaan mengajar mata-mata pelajaran lainnya. Dan bahkan lebih mudah dari pekerjaan lainnya. Apalagi jika anggapan sepele itu terjadi pada kepala sekolah dan guru-guru lainnya.
Selain itu, Pendekatan yang digunakan haruslah humanis melalui sentuhan jiwa (rohani). Dengan demikian, diharapkan BK dapat dijadikan tempat berdialog para siswa dalam mengahadapi suatu persoalan. Dengan pendekatan ini maka siswa merasa dilindungi (diperhatikan). 


BAB 3
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dikaji sebelumnya, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut.
1. Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat mencapai tujuan–tujuan perkembangannya yang meliputi aspek pribadi – sosial, belajar (akademik), dan karir.
Bimbingan konseling memiliki fungsi khusus yaitu antara lain pemahaman, preventif, pengembangan, perbaikan (penyembuhan), penyaluran, adaptasi, penyesuaian.
2. Arti penting bimbingan dan konseling bagi siswa adalah memberikan layanan dalam bentuk bimbingan belajar, bimbingan sosial, dan bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi.
3. Guru di sekolah membutuhkan bimbingan dan konseling untuk dapat memahami siswa, mendapatkan dan mempergunakan metode mengajar yang tepat, menanamkan disiplin pada para siswa, mendapatkan dan melaksanakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku siswa, menyusun dan menafsirkan tes hasil belajar.
5. Upaya penyelesaian kenakalan remaja dapat dilakukan melalui bimbingan dan konseling di sekolah secara intensif dan maksimal baik dari guru bk itu sendiri maupun seluruh guru matapelajaran.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1977. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Semarang Toha Putra
Anonim. 2011. __ . Diakses dari  http://siswatibudiarti.wordpress.com/ pada tanggal 15 November 2011 pukul 16.00 WIB.
Anonim. 2011. Penyelesaian Masalah Kenakalan Remaja. Diakses dari  http:// mulyaihza.blogspot.com/2010/05/penyelesaian-masalah-kenakalan-remaja.html pada tanggal 15 November 2011 pukul 16.00 WIB.
Depdiknas. 2009.  Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas: Jakarta, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Djumhur dan Moh.Surya. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah. Bandung: CV.Ilmu. 
Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Depdiknas.
Sucipto dkk. 1994. Profesi Keguruan. IKIP Ujung Pandang .
Sugihartono. 1982. Pokok-Pokok Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Tim Dosen PPB FIP UNY. 2000. Bimbingan dan Konseling sekolah Menengah. Yogyakarta: UPP UNY. 
Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

No comments:

Post a Comment